Persaingan pada industry telekomunikasi harus dihadapi dengan bijaksana. Yang di kedepankan harus kepuasan para pelanggannya. Selain tentu saja, secara bisnis harus menguntungkan. Hal ini juga yang mendasari tiga operator besar di Cina untuk melakukan merger.
Tentu langkah ini mengejutkan industry telekomunikasi di negeri Bambu tersebut. Bagaimana tidak, biasanya, operator itu cukup ‘arogan’ sehingga tidak mau bekerjasama satu dengan yang lain. Di Cina malah melakukan ‘kejutan’ dengan melakukan merger.
Operator tersebut adalah China Unicom yang berbasis di Hongkong, China Telecom dan China Mobile, ke tiganya menggunakan lebih dari US $30 miliar atau lebih dari 230 miliar yuan yang merupakan asset gabungannya membangun konstruksi untuk China Tower yang baru.
Kontribusi tersebut menjamin kepemilikan di perusahaan yang baru. Di mana, China Unicom akan memberikan kontribusi asset senilai lebih dari US$ 18 miliar atau 155 miliar yuan untuk 28% kepemilikan di China Tower.
China Telecom akan memiliki 28% saham dengan kontribusi yang diberikan adalah US$ 5 miliar atau34 miliar yuan. Dan China Mobile akan memiliki share paling besar yakni 38% dengan kontribusi lebih dari US$ 18 miliar atau setara dengan 116 miliar yuan. Selain ketiga perusahaan tersebut, China Reform Corporation juga akan memiliki 6% dalam perusahaan gabungan tersebut.
Langkah tersebut ternyata di respon sangat posistif oleh pasar saham di Cina. Setidaknya, saham China Unicom naik 5% pada hari yang sama dengan pengumuman ini di Pasar Saham Hong Kong. Begitu juga China Mobile diapresiasi oleh pasar sehingga ada kenaikan sebesar 3%. Sedangkan China Telecom, kenaikan nya hampir 4%.
Langkah merger ini, dilaporkan, merupakan bagian dari kampanya Beijing dalam hal menekan biaya birokrasi pemerintah yang membutuhkan sekitar US$16 Triliun.
Tiga perusahaan telekomunikasi kehilangan banyak pelanggannya untuk aplikasi mobile pesan seperti wechat.
Analis menilai, bahwa China Mobile, yang merupakan partner kedua dari bawah dari sisi kepemilikan saham, akan meraih keuntungan yang besar dari join venture ini. Pertama, karena langkah ini membuat China Mobile dapat memiliki akses infrastruktur yang jauh lebih besar dibandingkan saat ini. Lalu, potensi untuk meraih lebih banyak pelanggan terbuka lebar. Demikian, Cynthia Meng, analis dari Jefferies menyebutkan, seperti yang di kutip dari Chinatopix.com.
Para analis juga percaya bahwa China Mobile akan tetap menempati posisi sebagai market leader di pasar Cina. Bahkan China Mobile juga sudah mengumumkan bahwa harapannya, dalam jangka satu bulan pertama, perusahaanya sudah mendapatkan pemasukan setidaknya US$700 Miliar atau 5 Triliun Yuan.
Dengan adanya penggabungan ini, pengamat juga percaya bahwa ketiga operator akan lebih kompetitif dalam memberikan layanan 4G wireless pada konsumen mereka.
Melihat apa yang terjadi di Cina, apakah memungkinkan di Indonesia terjadi merger besar-besaran atau konsolidasi antar operator? Jika memang hal tersebut adalah yang terbaik bagi industry dan berpihak pada konsumen, kenapa tidak? (Icha)