spot_img
Latest Phone

Huawei Watch D2, Bisa Pantau Tekanan Darah 24 Jam

Telko.id - Huawei resmi menghadirkan Huawei Watch D2 di...

Yuk Bikin Galaxy Z Flip6 Jadi Stand Out dengan Flipsuit Case

Telko.id - Huawei resmi memperkenalkan Huawei MatePad Pro 12.2-inch,...

Oppo Pad Air2

Oppo Reno11 Pro (China)

Oppo Reno11 (China)

ARTIKEL TERKAIT

Sub-Brand Jadi Strategi Baru Bagi Vendor Smartphone, Apa Target nya?

Telko.id – Brian Shen, Wakil Presiden perusahaan Oppo tetiba mengumumkan dalam lini masa Weibo nya nya tentang rencananya akan meluncurkan produk terbarunya yakni Reno. Oppo memang tidak menyebutkan sebagai sub-brand. Tetap banyak pihak yang menilai Reno ini merupakan sub-brand dari Oppo.

Padahal sebelumnya, Oppo juga sudah memiliki Realme.

Strategi membuat sub brand oleh para vendor smartphone seperti ini sebenarnya sudah terlihat terlihat satu tahun belakangan ini. Dan, lebih banyak dilakukan oleh vendor asal Cina. Sebut saja Huawei dengan sub-brand Honor dan Xioami dengan Pocophone. Kemudian juga Vivo, anak perusahaan lain dari BBK Electronics yang meluncurkan Vivo IQOO, produk yang menyasar segmen premium.

Samsung sendiri, sebagai vendor smartphone terbesar di dunia ini masih belum menggunakan strategi ini. Galaxy sendiri tidak diakui sebagai sub brand oleh Samsung. Walaupun Galaxy seperti sudah menjadi sub brand dari Samsung.

Lalu, apa target pembuatan subrand ini?

Dari beberapa strategi yang dilakukan para vendor ini bisa dilihat bahwa target masing-masing sub brand ini beragam. Sebut saja Xioami yang membuat Pocophone. Produk ini lebih mengarah pada segmen ditujukan untuk kelas menengah dengan kualitas premium dan harga terjangkau.

Sedangkan  Xiaomi sendiri akan diposisikan untuk fokus di segmen High-end, premium dan serial flagship.

Sebelumnya, Xiaomi ini juga memiliki sub brand Redmi yang difokuskan menjadi smartphone yang memiliki value for money tinggi, punya harga rasional yang berbanding lurus dengan kemampuan dan kualitasnya.

Namun, tidak lama Redmi pun memisahkan diri dari Xiaomi. Perpisahan merek ini diharapkan dapat fokus dan all out dalam menggarap pasar masing-masing sehingga bisa mendulang kesuksesan yang gemilang. Maklum saja, karena persaingan yang semakin ketat pada industri smartphone membuat Xiaomi lebih mempersiapkan diri agar tidak tergerus oleh para pesaingnya.

Para vendor smartphone itu memang seperti berada di sirkuit balapan. Di mana, biasanya setiap brand memiliki pembalap utama dan pembalap kedua. Tujuannya? Ya apalagi, pembalap kedua harus menjadi ‘penjaga’ agar pembalap utama dapat mulus menuju garis finish.

Rasanya, strategi ini juga berlaku bagi vendor smartphone. Supaya Oppo mulus menempati posisi yang terbaik, ada Realme yang menjaga dibelakang nya. Begitu juga Vivo yang sebagai ‘saudara kandung’ nya yang siap berjaga-jaga. Tapi ternyata, Vivo pun bisa melaju terus sehingga bisa dibilang sejajar dengan Oppo.

Sayang, Samsung belum masuk ke strategi sub-brand ini. Akhirnya, Samsung pun cukup ketar-ketir menghadapi derasnya arus perlawanan dibawah nya sendirian.

Apalagi, jika melihat ‘agresif’ nya Xiaomi yang akhirnya bisa mencapai posisi dua di Indonesia sejak kuartal dua tahun 2018 lalu.

Berdasarkan lembaga riset IDC, pada kuartal ketiga 2018, tercatat pengiriman smartphone mencapai 8,6 juta unit pada periode Juli—September 2018.

Angka itu menunjukkan terjadi penurunan sebesar 9 persen jika dibandingkan kuartal sebelumnya (April—Juni), tetapi tumbuh 18 persen dibandingkan periode sama tahun lalu (2017).

Mengenai market share, tidak ada perubahan signifikan dibandingkan kuartal kedua 2018. Samsung masih merajai pasar smartphone Indonesia dengan raihan 28 persen.

Di posisi kedua masih ditempati Xiaomi dengan capaian 24 persen. Tiga posisi setelahnya juga masih didiami brand sama dengan kuartal lalu Oppo (19%), Vivo (11%) dan Advan (5 persen).

Tetapi di India, Samsung terpaksa harus bertekuk lutut dengan Xiaomi. Menurut penelitian lembaga riset Counterpoint, pangsa pasar Samsung di India berdasarkan pengiriman Samsung telah tertinggal dari Xiaomi di dua dari tiga wilayah pada 2018.

Lalu, apakah Samsung akan terus bersiteguh tidak menggunakan strategi sub-brand ke depannya? Hingga saat ini memang masih belum ada yang bisa mengkonfirmasi hal tersebut. Jadi, kita tunggu saja gebrakan Samsung selanjutnya untuk mempertahankan diri sebagai market share terbesar di Indonesia maupun kembali menjadi raja smartphone dengan market share terbesar di India. (Icha)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

spot_img

ARTIKEL TERBARU