Telko.id – Sudah setahun beroperasi di Indonesia, Starlink, layanan internet berbasis satelit ini menghadirkan akses bagi pelanggan. OpenSignal pun mengungkapkan kinerja perusahaan Elon Musk tersebut selama beroperasi di Indonesia.
Berdasarkan laporan terbaru dari OpenSignal bahwa kecepatan unduh (download) Starlink di Indonesia mengalami penurunan yang cukup signifikan dibandingkan masa awal peluncurannya.
Pada 2024, kecepatan unduh internet Starlink dapat mencapai 42 Mbps dan unggah (upload) menyentuh 10,5 Mbps. Namun satu tahun berikutnya kecepatan ini menurun, kecepatan unduh hanya 15,8 Mbps dan unggah hanya 5,4 Mbps.
“Kemacetan telah memangkas kecepatan unduh Starlink hingga hampir dua pertiga dan unggahan hingga hampir setengahnya dalam waktu 12 bulan setelah peluncuran.” OpenSignal dalam laporannya, dikutip Rabu (15/10/2025).
OpenSignal menduga faktor kepadatan pengguna Starlink yang menjadikan internet Starlink di Indonesia mengalami penurunan. Hal itu juga disebut Starlink menghentikan pendaftaran pengguna untuk sementara waktu pada Juli 2025 lalu.
Diungkapkan juga biaya langganan Starlink di Indonesia terbilang tinggi, mulai dari Rp 8 juta hingga Rp 9,4 juta, dimana itu tergantung dari gateway-nya. Jumlah langganan itu sekitar tiga kali lipat dari upah bulanan rata-rata masyarakat Indonesia yang sebesar Rp 3 juta perbulan.
Baca juga:
- Amazon Tambah 27 Satelit Project Kuiper untuk Saingi Starlink
- Starlink Buka Pendaftaran Lagi Setelah Upgrade Kapasitas
Meski kecepatannya menurun, OpenSignal mencatat adanya peningkatan pada konsistensi kualitas layanan (quality consistency) dari 24,2% menjadi 30,9%. Artinya, pengguna kini mendapatkan pengalaman yang lebih stabil untuk aktivitas seperti panggilan video, streaming, dan konferensi daring.
Meskipun Starlink menunjukkan tanda-tanga kemajuan yang absolut untuk konsistensi kualtias, OpenSignal menyebutkan ujian sesungguhnya terletak pada perbandinganna dengan alternatif lokal, seperti Fixed Wired Access (FWA), yang telah menjadi bagian penting dari strategi digital Indonesia.
Lebih lanjut, tidak seperti satelit, penyebaran FWA di daerah pedesaan terkendala oleh cakupan, karena populasi yang jarang dan medan yang sulit membuat perluasan menara dan backhaul menjadi mahal.
OpenSignal mengatakan dalam laporan satu tahun Starlink beroperasi di Indonesia dinilai membantu konektivitas di daerah terpencil dan wilayah yang kurang mendapatkan akses internet oleh infrastruktur daratan.
“Namun, ekspansinya juga menghadapi tantangan yang signifikan, mulai dari kemacetan jaringan yang mengikis kinerja, biaya yang tinggi yang membatasi akses dan adopsi, serta tekanan regulasi yang terus berlanjut karena para pembuat kebijakan berusaha menyeimbangkan inovasi dengan keadilan pasar,” sebut OpenSignal.