Jakarta – Masih ingat dengan proyek ambisius Google untuk menghubungkan dunia melalui balon? Ya, inisiatif yang diberi nama Project Loon itu konon telah siap lepas landas menyusul laporan raksasa web yang nengatakan bahwa teknologinya “hampir sempurna” dan akan mengumumkan mitra operator pertamanya di Afrika segera.
Dalam konferensi GSMA Mobile 360 yang berlangsung di Afrika Selatan, kabar baik ini disampaikan pimpinan bisnis regional Google, Wael Fakharany. Fakharany percaya bahwa ini adalah saatnya untuk memperluas teknologi di Afrika, dan menghubungkan orang ke seluruh dunia melalui broadband kecepatan tinggi.
Tentu saja, ada masalah lebih lanjut yang harus diatasi ketika proyek ini bergerak dari percobaan ke rilis komersial, karena pastinya memerlukan akses ke spektrum dan pelanggan. Untuk mengatasi hal ini, Google berniat menggandeng operator di negara tersebut yang memiliki pengalaman di pasar lokal dan akses ke aset yang akan dibutuhkan Google.
Ini berarti bahwa Google akan menyediakan infrastruktur, sementara operator akan mengontrol distribusi dan pemasaran seperti biasa. Mobile World Live mengutip ucapan Fakharany yang mengatakan, “Hubungan pelanggan adalah dengan perusahaan telekomunikasi, kami hanya penyedia infrastruktur.”
Nah, mengingat proyek ini melibatkan udara, Google juga dipastikan akan memerlukan izin dan negosiasi dari otoritas terkait di Afrika untuk melakukan penerbangan dan memastikan Project Loon tidak membahayakan, baik di langit ataupun hanyut ke wilayah udara terbatas.
Pasalnya, dalam sebuah ujicoba yang berlangsung di Los Angeles bulan lalu, balon Project Loon menabrak halaman depan rumah seseorang di lingkungan pinggiran kota yang tenang. Pemilik rumah, Janet Olaffson, mengurai rasa kagetnya kepada CBS News.
“Kami berlari keluar, dan polisi mengatakan jangan mendekati itu. Saat itu mereka mendapat telepon dari perusahaan yang [salah] mengatakan bahwa itu balon cuaca,” katanya.
Rencananya, selain Afrika, Google juga akan memperluas Project Loon ke lokasi pedesaan lainnya di Sri Lanka dan India. Perusahaan ini bahkan ingin membawanya ke pedesaan di AS di tahun-tahun mendatang. Demikian dilansir dari Telecomtechnews, Kamis (15/10).