Telko.id – Pendiri Huawei, Ren Zhengfei baru saja mengadakan pertemuan dengan sejumlah media dalam acara pembukaan Intelligent Mining Innovation Lab di Taiyuan, Shanxi, Tiongkok, 9 Februari.
Dalam pertemuan tersebut, Ren menanggapi pertanyaan tentang sikap keras AS terhadap Tiongkok. Pendiri Huawei itu mengharapkan pendekatan win-win untuk situasi tersebut.
“Pertama, mengharapkan perdagangan yang menguntungkan kedua belah pihak. Mengizinkan perusahaan AS untuk memasok barang ke pelanggan China akan berdampak kondusif bagi kinerja keuangan mereka sendiri. Jika kapasitas produksi Huawei meningkat, itu berarti perusahaan AS dapat menjual lebih banyak. Ini adalah situasi win-win yang saya maksudkan,” ujar Ren.
Ren menambahkan bahwa ia yakin pemerintahan baru akan mempertimbangkan dan menyeimbangkan kepentingan ini pada saat mempertimbangkan kebijakan mereka.
Pendiri Huawei ini juga masih berharap bisa membeli banyak komponen, sukucadang, dan mesin dari AS sehingga perusahaan AS pun bisa berkembang seiring dengan perekonomian Tiongkok.
“Sebagai organisasi bisnis, kami tidak memiliki energi untuk terlibat dalam pusaran politik. Kami fokus dalam membuat produk kita sendiri. Berkat tingginya kualitas produk kami, banyak pelanggan di seluruh dunia masih tetap memilih bersama kami. Inilah yang menjadikan kami berhasil melewati tahun 2020 yang sulit ini,” ungkap Ren.
Pendiri Huawei ini juga menyebutkan akan terus melayani pelanggan dengan baik dengan menciptakan nilai yang lebih bagi mereka. Ia ingin kepercayaan pelanggannya pada mereka tetap langgeng dan berharap tidak akan terpengaruh oleh tekanan politik.
Ia pun mengharapkan, pemerintahan AS yang baru akan menghasilkan kebijakan yang lebih terbuka untuk kepentingan perusahaan AS dan ekonomi AS secara keseluruhan.
Ren juga mengatakan bahwa Huawei akan tetap terbuka dan transparan dalam masalah transfer teknologi 5G, menepis kekhawatiran beberapa politisi AS atas potensi dampak 5G pada skala global.
“Seperti pernah saya janjikan, kami akan mentransfer semua teknologi 5G yang kami kembangkan dan tidak sekadar melisensikan produksi kepada pihak lain. Selama AS memintanya, kami akan mentransfer semua dari program sumber dan kode sumber ke semua rahasia serta pengetahuan terkait desain perangkat keras, dan bahkan desain chip. Saya serius dengan apa yang saya katakan, namun belum ada perusahaan AS yang merespon. Saya harap media dapat membantu kami menyampaikan pesan ini kepada perusahaan-perusahaan AS. Jika mereka ingin berbicara, kami akan dengan senang hati menyambutnya,” kata Ren.
Ren juga menyampaikan pandangannya mengenai pentingnya mendorong pertumbuhan ekonomi bagi negara-negara seperti AS dan Tiongkok dalam rangka mengembalikan keseimbangan neraca finansial serta dalam turut bersumbangsih kepada masyarakat.
“Ini yang dibutuhkan oleh semua pihak. Kemanusiaan perlu terus dipupuk. Tidak ada perusahaan yang bisa tampil sendirian dalam mengembangkan industri secara global. Semua pihak di seluruh dunia perlu bergandengan tangan bersama-sama,” ujar Ren.
Sementara untuk prospek bisnis Huawei sendiri, Ren sangat optimis. Ia menegaskan kembali keyakinannya pada keberlangsungan bisnis di tengah berbagai tantangan, khususnya tentang kinerja penjualan smartphone.
“Keyakinan saya terhadap kelangsungan bisnis Huawei bahkan makin menguat dibanding sebelumnya. Sebab, kami memiliki lebih banyak cara untuk mengatasi tantangan-tantangan tersebut. Keyakinan saya juga makin menguat melihat pendapatan dan keuntungan penjualan Huawei pada 2020 yang lebih tinggi dari 2019,” ungkap Ren.
Pendapatan Huawei pada 2020 tercatat sebesar USD136,7 atau mengalami kenaikan YoY sebesar 11,2 persen. Laba Huawei juga tercatat mengalami kenaikan sebesar 10,4 persen sehingga laba pada 2020 menjadi USD9,9 miliar. (Icha)