Telko.id – Canalys melaporkan bahwa pada kuartal empat 2018 lalu, pengiriman smartphone global menurun 6% menjadi 363 juta unit. Hal itu juga membuat sepanjang tahun 2018 lalu, pengiriman smarthone global mencapai 1.4 miliar, turun 5% dibandingkan dengan tahun 2017 yang mencapai 1.5 miliar.
Analis senior Canalys, Ben Stanton, menjelaskan dalam pernyataan tertulis yang resmi dikeluarkan oleh Canalys, bahwa penurunan ini disebabkan oleh beberapa hal. Pertama, masyarakat menggunakan smartphone lebih lama sekarang ini. Sebab, inovasi produk dianggap lambat, sehingga konsumen jarang mengganti device nya.
Di sisi vendor, investor maupun perusahaan lain, banyak yang kehilangan kesempatan. Hal ini disebabkan karena faktor internasional, seperti perang dagang AS-Cina, belanja konsumen yang lemah di pasar negara maju, dan adanya pasar refurbish yang semakin meningkat, semua nya sangat berpengaruh pada menurunya pengiriman smartphone.
Canalys menyoroti lima brand yang berada di papan atas yakni Apple, Samsung, Huawei, Oppo dan Xiaomi. Pada kuartal terakhir (Q4) 2018, Apple menjadi vendor terbesar pertama yang melakukan pengiriman produk, diikuti oleh Samsung.
Apple mengirimkan 71.7 unit iPhone, sedangkan Samsung mencapai 70.3 juta unit. Turun dibandingkan kuartal yang sama pada tahun lalu. Apple turun -7,3% sedangkan Samsung turun -5,3%. Yang mengalami penurunan juga pada Q4 2018 ini adalah Xiaomi, penurunannya mencapai -3%. Sedangkan Huawei dan Oppo secara global mengalami pertumbuhan yang positif.
Apple
Secara global, Apple iPhone mengalami penurunan pada Q4 2018 yang mencapai 7% jika dibandingkan dengan periode yang sama di Q4 2017. Walau demikian, posisi Aplle iPhone di Q4 2018 ini masih berada di posisi nomor satu. Memang, angka ini masih jauh dari harapan produsen asal Amerika ini.
Pada kuartal 4 ini, pengiriman iPhone didominasi oleh iPhone XR yang tercatat ada 22 juta pengiriman. Hal ini dinilai oleh Canalys karena banyak nya program diskon yang ditawarkannya. Lalu, diikuti oleh iPhone XS Max dan iPhone XS, yang masing-masing mengirimkan lebih dari 14 juta dan 9 juta unit.
Ternyata, secara global, Apple menutup tahun 2018 hanya berada di posisi ke dua. Belum bisa mengalahkan Samsung.
Tahun 2019 ini akan menjadi tahun penuh tantangan bagi Apple. Pasalnya, vendor seperti Samsung dan Huawei mampu menyediakan perangkat alternative yang lebih murah dan kompetitif.
“Mungkin perlu dipikirkan oleh Apple untuk meluncurkan iPhone yang lebih murah, atau setidaknya menjadi lebih fleksible dengan potongan harga, untuk menjaga pangsa pasar nya yang akan dipertaruhkan di masa depan,” ujar Ben.
Samsung
Pada periode Q4 2018, Samsung berada di posisi kedua. Setelah mengalami penurunan 5% menjadi 70,3 juta unit. Posisi Samsung pada tahun 2018 ini memang sulit dalam menghadapi persaingan harga yang sangat agresif dari Huawei, Xiaomi, Oppo dan Vivo. Terutama di wilayah Asia dan Eropa.
Dibandingkan tahun 2017, terjadi penurunan pengiriman, setidaknya 22.9 juta unit juta lebih sedikit pada tahun 2018 ini. Padahal, target Samsung pada 2018 ini ingin mencapai 320 juta unit.
Hal ini membuat Samsug merombak strategi pembuatan produknya. Di mana, Samsug mengorbankan margin perangkat kerasnya untuk lebih banyak menanamkan teknologi ke dalam smatphone kelas bawah dan menengahnya.
“Harapan nya, strategi tersebut dapat menjadi ‘alat’ perlawanan bagi Samsung untuk menghadang Huawei, Oppo, Vivo dan Xiaomi”, ujar Ben.
Huawei
Huawei boleh berbangga, pasalnya, pada kuartal akhir tahun 2018 ini mampu membukukan pertumbuhan yang sangat menggembirakan. Ada pertumbuhan 47% menjadi 60,5 juta unit dibandingkan dengan kuartal empat tahun 2017. Sedangkan secara global di tahun 2018, ada peningkatan sebesar 34,5%. Dari 153,2 juta unit di akhir 2017, menjadi 206 juta unit diakhir tahun 2018.
Kekuatannya dari Huawei ini adalah peningkatan pengiriman smartphone nya ke luar negeri (red: ke luar Cina). Di mana, pada tahun 2018, terjadi peningkatan pengiriman lebih dari 60%.
“Namun, pada tahun 2019 ini, Huawei akan mengalami tantangan kritis. Dikarenakan ketengan politik masalah keamanan dan pencurian kekayaan intelektual yang mengganggunya. Hal ini akan sangat berdampak besar, karena setiap ada gangguan pada bisnis perusahaanya, para operator pun akan bergejolak yang akan mempengaruhi bisnis smartphone,” ungkap Ben. (Icha)