Telko.id – Kementerian Komunikasi dan Informatika mengungkapkan kehadiran layanan 4G LTE terus meningkat di Indonesia sejak dikomersialkan sejak tahun 2014 lalu. Kini layanan itu telah menjangkau 45.811 desa atau kelurahan, 4.088 kecamatan, dan 331 kabupaten atau kota.
“Saya bisa bilang penetrasi 4G lumayan kencang di Indonesia. Bayangkan setelah mulai digenjot tiga tahun lalu, ada sekitar 62.291 eNode B (BTS 4G) dibangun semua operator. Ini luar biasa!” kata Menteri Kominfo Rudiantara ketika menjadi pembicara di diskusi betema “Entering The Next Phase of Data Era” di Jakarta, Rabu (14/03/2018).
Dalam diskusi yang dihelat Indonesia LTE Community itu, Menteri Kominfo mengungkapkan saat ini 4G sudah hadir di 45.811 desa atau kelurahan, 4.088 kecamatan, dan 331 kabupaten atau kota. “Kalau dilihat untuk desa atau kelurahan itu presensi sudah 55,05%, di kecamatan 56,98%, dan kabupaten 64,6%. Tidak gampang itu bangun site secepat itu, tapi bisa tumbuh dua ribu dalam 2 tahun 800 hari. Artinya rata-rata 80 dibangun per hari. Cepat luar biasa!,” serunya mengapresiasi kecepatan pembangunan akses 4G di Indonesia.
Meskipun demikian, Menteri Rudiantara mengakui adanya daerah yang belum terjangkau akses 4G. “Tapi memang masih ada daerah yang bolong karena mahalnya backbone dan transmisi,” katanya.
VP Next Generation Network Telkomsel Ivan Cahya Permana mengakui pertumbuhan layanan data dengan adanya 4G melesat di jaringan Telkomsel. “Tahun 2017 unaudited, data tumbuh 126% sedangkan revenue hanya tumbuh 26%. Ini masih pekerjaan soal scissor effect dari layanan data,” katanya.
Ditambahkannya, Telkomsel juga telah memaksimalkan tambahan frekuensi di 2,3 GHz untuk layanan 4G. “Berkat tambahan frekuensi di 2,3GHz kita makin ngebut bangun BTS 4G. Saat ini untuk 4G sudah ada 500 site,” ungkapnya.
Group Head Commercial LTE XL Axiata, Rahmadi Mulyohartono mengungkapkan salah satu isu yang masih menjadi Pekerjaan Rumah (PR) bagi operator dalam menggelar 4G adalah masalah ketersediaan frekuensi. “Harapan kami yang tengah rajin bangun di luar Jawa, ada kesempatan untuk nambah frekuensi kita akan ambil,” katanya.
Sementara Direktur Utama Smartfren Merza Fachys mengatakan isu lainnya dalam mengembangkan 4G adalah di ketersediaan infrastruktur backbone dan transmisi. “Tak bisa lagi andalkan microwave untuk transmisi, harus fiber optik. Harapan kita dipermudah bangun fiber optik di perkotaan untuk ke akses (radio),” katanya.
Wakil Direktur Utama Tri Indonesia M Danny Buldansyah mengatakan perseroan tengah agresif membangun 4G setelah mendapatkan tambahan frekuensi di 2,1 GHz. “Layanan Tri kedepan akan lebih baik untuk data dengan ada tambahan frekuensi,” katanya.
Akses data kecepatan 4G LTE berstandar komunikasi dasar nirkabel tingkat tinggi pada jaringan GSM/EDGE dan UMTS/HSDPA sehingga memungkinkan peningkatan kapasitas dan kecepatan dengan menggunakan teknik modulasi baru. Di Indonesia 4G LTE menggunakan pita 1.800 MHz selebar 5MHz sehingga pelanggan bisa menggunakan layanan aplikasi berkecepatan 80-100 Mbps. Pertama kali 4G LTE Telkomsel diuji coba pada 11 September 2013 di Nusa Dua, kecepatannya mencapai 61 Mbps atau empat kali lipat 3G berbasis HSPA. (Icha)