Telko.id – Implementasi teknologi 5G memang masih 4 tahun lagi, tetapi banyak pihak sudah bersiap untuk menghadapinya. Termasuk juga Uni Eropa. Namun, Eropa tidak serta merta menerima kehadiran 5G di wilayah nya.
Perlu ada pertimbangan dari berbagai sisi sehingga secara keseluruham Eropa pun mendapatkan manfaat yang optimal dari teknologi baru ini. Untuk itu, European Commission (EC) membuka ruang konsultasi yang akan menerima berbagai masukan dari berbagai pihak tentang pembangunan 5G yang direncakan akan diimplementasikan pada tahun 2020. Konsultasi ini akan terbuka sampai 11 Juli 2016.
Siapapun dapat berkontribusi dalam ruang konsultasi tersebut. Tetapi EC sangat tertarik jika kontribusi tersebut masuk dari telekomunikasi dan perwakilan sektor ICT serta pemangku kepentingan dari setiap sektor yang proses, produk atau jasa dapat memperoleh manfaat dari konektivitas 5G.
“Dari perspektif ekonomi dan sosial, 5G adalah kesempatan besar untuk meningkatkan daya saing industri Eropa. Ini memiliki potensi untuk menciptakan ekosistem digital baru di mana jaringan bertindak sebagai platform untuk baru, layanan khusus, ” ujar Gunther Oettinger, Commissioner for Digital Economy and Society European Commission menjelaskan, seperti yang dilansir dari RCR Wireless.
Komisi Eropa telah mengidentifikasi otomotif, kesehatan, pabrik cerdas dan logistik, energi, media dan hiburan sebagai sektor yang akan mendapatkan keuntungan dari implementasi jaringan 5G ini. “5G harus meningkatkan proses rantai nilai di industri tersebut, membuat perekonomian lebih kompetitif, ulet, produktif, dan membawa nilai lebih kepada masyarakat,” ujar Oettinger menambahkan.
Komisi Eropa meminta pada pemangku kepentingan untuk berbagi pandangan mereka tentang urgensi pengenalan 5G di Eropa, dan khususnya apakah Eropa harus menampilkan jaringan 5G pilot komersial sebelum standardisasi ditentukan. Selain itu, apakah diperlukan koordinasi pada jaringan 5G di semua negara anggota?
Komisi Eropa ingin mendapatkan masukan, apakah dalam pengenalan 5G ini perlu service yang spesifik untuk memulainya, peningkatan layanan enhanced Mobile Broadband (eMBB), perlu kasus khusus yang membutuhkan Ultra Reliable Low Latency (URLL) untuk aplikasi yang kritikal terhadap waktu, seperti misalnya industri pada layanan Internet of Things (IoT) dan Massive Machine Type Communication (mMTC).
Selain itu, EC juga membutuhkan masukan terhadap aspek yang berkaitan dengan spektrum, standar dan regulasi juga pusat konsultasi. Secara khusus, EC menanyakan apakah perlu mengumumkan spektrum yang dipertimbangkan untuk digunakan 5G sebelum 2019? Termasuk juga persyaratan standar yang harus diutamakan, baik persyaratan sektor vertikal dari awal.
“Pada 5G, akan digunakan spektrum yang cukup radikal atau (millimeter wave) dengan karakteristik operasional yang berbeda. Dengan kondisi tersebut, apakah membutuhkan pendekatan regulasi yang menyangkut sharing, co-primary usages dan lisensi,” ujar Oettinger menerangkan.
Lalu, Oettinger juga menanyakan, jika EC memiliki aturan dalam pengembangan jaringan 5G, dengan skenario menggunakan regulasi yang sudah ada sebagai acuan, apakah memungkinkan? Lalu aturan yang mana yang sesuai?
“Saat ini, semua pihak yang berkepentingan mendukung bahwa Eropa perlu menggunakan pendekatan GSM dalam memperkenalkan 5G. Tapi yang mana? Karena ada tiga model yakni GSM, 3G atau 4G yang relevan untuk digunakan sebagai acuan untuk penyebaran 5G di Eropa? Jika ada,” Oettinger bertanya.
Ringkasan singkat tentang hasil konsultasi ini akan dipublikasikan, satu bulan setelah konsultasi ini di tutup. Diikuti dengan laporan analisanya. Namun, EC tidak menentukan tanggal pengumumannya tersebut. (Icha)