Telko.id – Medio Januari 2014 lalu, Lenovo resmi membeli Motorola Mobility dari Google. Kini, Lenovo pun mengumumkan bahwa mulai Oktober 2016 ini sudah mulai memproduksi Motorola di Indonesia. Produk smartphone Motorola tersebut akan diproduksi di Serang, Banten, bekerjasama dengan mitra pabrikan Tridaya Kencana atau TDK. Model Motorola pertama yang diproduksi di pabrik Serang adalah Moto E3 Power yang akan tersedia di Indonesia pada Oktober 2016.
“Moto E3 Power ini merupakan produk yang khusus dibuat untuk konsumsi Indonesia. Sampai saat ini masih belum ada rencana produksi Motorola di Indonesia untuk dijual ke luar Indonesia. Tapi ke depan bisa saja hal itu terjadi,” ujar Adrie R. Suhadi, Country Lead Mobile Business Group Lenovo menjelaskan saat mengumumkan pabrikasi Moto di Dalam Negeri di depan Menteri Komunikasi dan Informatika.
Moto E3 Power ini mengandalkan kekuatan baterai. Di mana smartphone ini menggunakan baterai berkekuatan 3500mAh dengan waktu standby dapat bertahan hingga 295 jam dan waktu bicara dapat mencapai 40 jam. Selain itu juga dilengkapi dengan fast charging yang akan mempercepat pengisian baterai. Cukup dalam waktu 15 menit saja.
Moto E3 Power ini sudah didukung oleh layar HD 5 inci, kamera utama 8 megapiksel, kamera selfie 5 megapiksel, RAM 2 GB, prosesorquad-core 64 bit, serta sistem operasi Android Marshmallow.
Bagi Lenovo, tentu ketambahan brand menjadi pekerjaan rumah sendiri. Namun, Adrie menambahkan bahwa “Ke depan, bisa saja ke dua brand tersebut di lebur. Bisa LevoMoto atau MotoLevo. Kita masih belum pasti”.
Hanya saja, untuk waktu dekat ini, strategi yang dilakukan untuk ‘mengelola’ brand ini adalah dengan membedakan segmentasi konsumen yang disasar oleh masing-masing brand. Untuk Lenovo akan lebih mengarah pada segmen pasar yang medium dan affordable. Sedangkan Motorola akan lebih pada midle class ke atas. “Dengan demikian, kami berharap, ke dua brand dapat diterima oleh masyarakat Indonesia,” sahut Adrie menjelaskan.
Dengan Motorola sudah diproduksi di Indonesia maka sudah tentu, smartphone tersebut juga sudah harus mengikuti aturan Tingkat Kandungan Dalam Negeri yang sudah ditentukan oleh pemerintah Indonesia. Di mana pada awal 2017 mendatang sudah harus mengandung 30% TKDN. Jalur yang dipilih oleh Lenovo untuk Motorola ini masih jalur Hardware. Di mana komposisinya adalah 70% hardware, 20% untuk R&D dan 10% untuk software.
Walaupun sebenarnya produksi Motorola ini sendiri masih dalam bentuk assembling. Dengan sebagian besar komponen masih import dan sisanya adalah lokal buying atau membeli di lokal Indonesia.
Lenovo sendiri mengaku bahwa kapasitas produksi untuk Motorola saat ini sudah mencapai 90 ribu unit per bulan. Yang akan dikerjakan 2 lini produksi. Baik untuk produksi Moto Mid-end maupun High-end. Sedangkan yang Low-end baru mencapai 75 ribu sampai 100 ribu unit per line per bulan.
Dengan komitmen yang sudah dilakukan, Lenovo pun minta dukungan dari pemerintah Indonesia.
“Kami mohon perlindungan dari pemerintah. Tolong di support agar ada operasi pasar untuk menangkap pemain yang nakal. Biar bagaimana pun, adanya produk yang tidak sesuai dengan aturan main yang sudah dikeluarkan oleh pemerintah juga cukup mengganggu bisnis kami,” ujar Adrie berharap.
Berkenaan dengan permintaan tersebut, Rudiantara, Menteri Komunikasi dan Informatika pun menjelaskan bahwa “Kami akan melakukan post market compliance atau operasi pasar. Dengan demikian, kita akan dapat melindungi masyarakat”. (Icha)