Telko.id – Adanya ketimpangan dalam akses telekomunikasi memang sedang diupayakan oleh pemerintah untuk dihilangkan. Melalui Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi (BAKTI), Kementerian Kominfo menargetkan Indonesia Merdeka Sinyal 2020.
Langkah pertama yang dilakukan adalah memperkuat integrasi jaringan yang telah lebih dulu ada melalui penyediaan akses internet, BTS, dan Backbone Fiber Optik Palapa Ring di desa-desa yang belum terjangkau sinyal telekomunikasi.
Dalam Program Menuju Indonesia Merdeka Sinyal 2020 itu, BAKTI Kominfo menargetkan penduduk di 5000 titik di kawasan terdepan, terluar dan tertinggal (3T) serta perbatasan (lastmile) dapat menggunakan akses telekomunikasi.
Direktur Utama BAKTI Anang Latif menyatakan pembangunan akses telekomunikasi di kawasan 3T ditujukan untuk pemerataan akses telekomunikasi dengan pemanfaatan dana Universal Service Obligation (USO).
“Prasarana yang dibangun menciptakan pemerataan untuk menjangkau yang belum terjangkau akses telekomunikasi dan informasi,” katanya dalam Media Gathering yang digelar di Wisma Antara, Jakarta, Rabu (25/07/2018).
Selain pemerataan akses telekomunikasi di kawasan yang belum terjangkau akses telekomunikasi dan informasi, program itu ditargetkan pula dapat mengangkat potensi ekonomi dan wisata kawasan 3T agar dapat dikembangkan oleh warga setempat,
“Palapa Ring yang terbagi dalam tiga paket yakni Palapa Ring Barat, Palapa Ring Timur dan Palapa Tengah merupakan solusi dari permasalahan telekomunikasi yang masih belum merdeka sinyal saat ini. Sehingga hadirnya Palapa Ring memecahkan permasalahan tersebut,” jelasnya.
Dirut Anang Latif menyampaikan saat ini pembangunan akses sudah hampir selesai dan ditargetkan tuntas akhir tahun ini. “Pembangunan fiber optik bawah laut ini berjalan sesuai rencana, bahkan untuk paket barat sudah beroperasi 100%, untuk paket tengah progress pembangunan sudah mencapai 89% dan paket timur sudah mencapai 57%. Akhir tahun ini kami targetkan semua pembangunan sudah mencapai 100% sehingga bisa on air pada 2019,” tuturnya.
Sementara menunggu pengoperasian Palapa Ring, BAKTI sudah mulai mengajak operator seluler untuk menggunakan fasilitas yang dibangun dengan menawarkan potongan harga khusus kepada operator yang mau membuka akses telekomunikasi dengan menggunakan fasilitas yang telah dibangun.
“Seluruh anggaran penyedia BTS ini berasal dari dana Universal Service Obligation (USO) yang bersumber dari 1,25 persen pendapatan seluruh penyedia layanan telekomunikasi di Indonesia,” tuturnya menjelaskan.
Pekerjaan rumah bagi BAKTI sendiri, diakui Anang masih berat. Alasannya, masih ada sekitar 11 persen wilayah di Indonesia yang belum tersentuh sinyal atau blank spot.
Menurut Anang, 11 persen itu terletak di 5.300 desa yang tersebar di seluruh Indonesia. Adapun 3.500 di antaranya berada di wilayah Papua.
“11 persen dalam dua tahun ini memang ambisius, mengingat kondisi wilayah tersebut yang memang sulit, sehingga tidak ada operator yang mau menggarap dengan pertimbangan bisnis,” ujarnya.
Kendati demikian, dia menyebut pihaknya akan berupaya keras untuk memastikan proyek ini dapat selesai tepat waktu. Karenanya, ia menargetkan jumlah BTS yang dapat dibangun hingga akhir tahun ini mencapai 2 ribu unit.
Untuk itu, BAKTI banyak bekerja sama dengan sejumlah Pemerintah Daerah (Pemda). Hal itu ditunjukkan dengan Rapat Koordinasi (Rakor) yang diadakan awal Juli 2018.
Rapat ini dihadiri oleh perwakilan 26 Pemerintah Provinsi yang terdiri dari 128 Kabupaten dengan 4.005 desa yang belum terjangkau sinyal selular di Indonesia.
Untuk masalah tarif, Anang menyebutkan bahwa tarif haruslah yang terjangkau bagi masyarakat dengan mempertimbangkan kualitas pelayanan. Tarif layanan ini terdiri dari tarif penyediaan pita lebar atau bandwidth dan tariff penyediaan kabel serat optik atau dark fiber.
Mengenai biaya sewa, menurut Dirut BAKTI Kominfo penetapannya akan bergantung pada harga acuan dan operator yang akan menggunakan.
“Untuk menentukan tarif aktual harga sewa bulanan jaringan Palapa Ring, akan mempertimbangkan dua komponen utama yakni harga acuan dan jumlah operator yang akan menggunakan jaringan Palapa Ring. Semakin banyak operator yang masuk maka kami akan menaikkan potongan harga sewa,” terang Anang seraya mengharapkan Palapa Ring dapat menjadi potensi sumber pendapatan BAKTI ke depan.
Dalam kesempatan tersebut, Presiden Direktur dan CEO Indosat Ooredoo Joy Wahjudi juga menyatakan bahwa saat ini pihaknya telah menggelar 119 sites USO dan dalam proses pembangunan 45 sites tambahan di wilayah-wilayah terpencil di Indonesia.
“Ini adalah bentuk dukungan dan komitmen Indosat Ooredoo dalam membangun konektivitas lastmile di daerah-daerah yang terpencil. Saat ini kami telah membangun 119 sites dan di dalam proses membangun 45 sites di wilayah lainnya,” katanya.
Kondisi geografis Indonesia dengan pulau-pulau yang tersebar luas jelas memerlukan kerja sama dari seluruh pihak untuk memastikan bahwa seluruh masyarakat Indonesia mendapatkan akses informasi yang memadai.
Menurut Joy Wahyudi, pihaknya akan terus berpartisipasi, termasuk dalam rencana pembangunan lebih dari dua ribu site lastmile yang akan dimulai pada akhir tahun 2018. “Akses Informasi dan teknologi sangat berperan penting di dalam pembangunan masyarakat dan telah menjadi salah satu komponen penting dalam pembangunan sosial ekonomi kita,” demikian Joy.
Bupati Kepulauan Aru Johan Gonga, dalam kesempatan tersebut juga menyampaikan apresiasi dan terima kasih kepada Kementerian Kominfo yang telah membangun akses internet di wilayahnya.
“Kami bisa memanfaatkan jaringan telekomunikasi yang lebih baik, walaupun masih ada sebagian wilayah yang harus dibangun sarana dan prasaranan telekomunikasi dan informatika,” ungkapnya.
Menurut Bupati Johan Gonga, saat ini di Kepulauan Aru persebaran sarana dan prasarana TIK sudah mencapai 52 site BTS, dan Internet 59 site.
“Tahun ini kami juga mengusulkan sarana prasarana TIK yakni 25 site BTS dan 100 site Internet. Dengan penambahan tersebut, Kepulauan Aru akan terbebas dari wilayah blank spot,” ungkapnya Johan. (Icha)