Telko.id, Jakarta – Bicara tentang generasi Z pasti tidak jauh-jauh dari teknologi. Dan ini berlaku bahkan sampai ke dunia pendidikan, dimana mereka umumnya lebih akrab dengan metode pembelajaran interaktif, ketimbang tradisional. Sesuatu yang mungkin didapat para orang tuanya bertahun-tahun silam.
Tak heran, banyak sekolah pun menawarkan beragam metode belajar interaktif kepada para siswanya. Mulai dari memadukan antara materi pelajaran dengan permainan, praktek atau bahkan dengan permainan yang sudah disesuaikan. Intinya, para sekolah mencoba mengajak siswa untuk tidak hanya sekedar duduk dan diam, tapi juga aktif. Tujuannya sederhana, membuat siswa lebih berkembang dan mau berpikir.
Nah, ada banyak cara yang ditempuh, termasuk menggunakan perangkat digital seperti komputer, laptop ataupun smartphone.
“Di era sekarang ini, perangkat digital jadi tools yang ideal untuk membangun interaksi dalam proses belajar siswa. Mulai dari interaksi antara siswa dengan materi pelajaran, siswa dengan guru, siswa dengan sekolah, hingga interaksi siswa dalam hal memilih metode penyampaian materi yang dianggapnya paling mudah untuk dipahami,” ungkap Fernando Uffie, pemerhati edutech sekaligus Country Manager Extramarks Indonesia.
Ia menambahkan, efektivitas pembelajaran interaktif secara online juga memberikan dampak yang positif karena didalamnya juga mengandung metode belajar Visual, Auditory dan Kinesthetic.
“Bukan sekedar teks, yang adakalanya sering membuat bosan, khususnya bagi generasi Z yang punya kebiasaan melihat layar,” katanya.
Selain itu, metode belajar seperti ini juga disebut-sebut sejalan dengan karakter siswa, dimana ada yang bisa dengan cepat menerima materi pelajaran hanya dengan teks, tetapi tak sedikit pula yang akan lebih mudah paham jika materi pelajaran disampaikan dalam bentuk visual, auditory ataupun kinesthetic.
Materi pelajaran visual disini disampaikan dalam bentuk animasi atau video. Untuk materi pelajaran auditory, disampaikan dengan bentuk cerita atau dongeng. Sedangkan kinesthetic, materi pelajaran diberikan dengan melibatkan gerakan.
“Kebiasaan melihat layar ala generasi Z, menjadikan perangkat digital sebagai alat belajar yang ideal. Dengan perangkat digital, proses belajar juga bisa lebih interaktif, karena mereka tidak hanya bisa learning, tapi juga practice dan test,” ungkap Uffie.
Generasi Z sendiri, jika mengacu pada penelitian yang dilakukan iiD, dikatakan sangat terbantu dengan adanya Youtube dan media sosial. Betapa tidak, S52% dari generasi ini menggunakan kedua media tersebut untuk membantu dalam mengerjakan tugas.
“Dalam konteks belajar, generasi Z cukup matang, mandiri dan banyak akal, khususnya dalam hal pemanfaatan teknologi untuk membantu proses pembelajarannya,” pungkas Uffie.