Telko.id – Meta sebagai perusahaan induk dari Facebook, Instagram, dan WhatsApp. Mark Zuckerberg, CEO Meta dan pendiri Facebook, memang punya ambisi besar untuk mendorong pengembangan kecerdasan buatan AI.
Meta platforms diketahui agresif membajak peneliti OpenAI, perusahaan teknologi di balik aplikasi ChatGPT. Dalam sepekan terakhir, sudah 7 orang pegawai OpenAI yang pindah ke Meta.
Meta dikabarkan berani menawarkan gaji bernilai hingga US$ 100 juta (Rp 1,6 triliun) ke pekerja di bidang AI.
Zuckerberg telah menyiapkan daftar insinyur dan peneliti AI untuk masuk ke perusahaannya. Laporan Wall Street Journal menyebut dia sendiri yang menghubungi tiap kandidat yang diinginkan, dikutip dari The Guardian, Minggu (29/6/2025).
Baca juga :
Saking seriusnya mencari ahli AI terbaik, Zuckerberg dikabarkan membentuk WhatsApp group dengan dua eksekutif Meta. Grup tersebut dinamakan ‘Recruiting party’ dan membicarakan soal calon karyawan yang potensial.
Laporan The Information yang dikutip Reuters menyatakan empat peneliti OpenAI Bernama Shengjia Zhao, Jiahui Yu, Shuchao Bi, dan Hongyu Ren.
Sebelumnya, Wall Street Journal mengabarkan bahwa Meta telah merekrut tiga pegawai OpenAI yang bermarkas di Swiss, yaitu Lucas Beyer, Alexander Kolesnikov, dan Xiaohua Zhai.
CEO OpenAI Sam Altman mengonfirmasi laporan tersebut dalam siniar bersama saudaranya, Jack Altman, yang dipublikasikan pada Selasa (17/6) lalu.
Altman mengatakan upaya Zuckerberg merekrut talenta – talenta terbaik OpenAI sejauh ini tidak berhasil. Alasannya sederhana. Ia mengatakan karyawan OpenAI optimis dengan masa depan perusahaan.
“Meta mulai menawarkan benefit besar untuk banyak orang di tim kami. Misalnya bonus penandatanganan sebesar US$ 100 juta, lebih dari itu juga kompensasi per tahun. Saya sangat senang, setidaknya sejauh ini, tidak ada orang terbaik kami yang memutuskan untuk menerima tawarannya,” kata Altman dalam siniar tersebut, dikutip dari Tech Crunch, Kamis (19/6/2025).
Lebih lanjut, Altman mengatakan ia percaya para keryawan OpenAI menolak tawaran Meta karena keyakinan mereka bahwa OpenAI memiliki peluang lebih besar dalam mencapai pengembangan Artificial General Intelligence (AGI).