Telko.id – Bisnis data center begitu manis sampai banyak perusahaan global membangun pusat data nya di Indonesia. Yang terbaru adalah niatan dari Tencent. Lewat Tencent Cloud, Internet Data Center (IDC) pertamanya di Indonesia akan dibangun. Targetnya adalah untuk memenuhi permintaan digitalisasi yang meningkat.
Langkah ini menambah jaringan infrastruktur Tencent Cloud yang terus berkembang dan telah menjangkau 27 wilayah dan 61 zona.
Langkah konglomerasi yang didirikan Ma Huateng ini mengikuti jejak perusahaan teknologi dunia lain seperti Google, Microsoft, hingga Alibaba.
Indonesia sendiri, berdasarkan laporan dari Boston Consulting Group yang bertajuk Indonesia’s Market Report merupakan salah satu pasar cloud publik yang tumbuh paling cepat di Asia Pasifik dengan CAGR sebesar 25 persen dan pertumbuhan besar pasarnya diperkirakan akan meningkat menjadi US $ 0,8 miliar pada tahun 2023.
Survei terbaru dari Alibaba Cloud juga menunjukkan bahwa perusahaan di Indonesia sudah semakin banyak yang memakai layanan cloud. Ada 77% bisnis di Indonesia menggunakan solusi informasi teknologi berbasis cloud.
Sebanyak 83% juga percaya bahwa perangkat ini membantu mereka memenuhi kebutuhan bisnis selama pagebluk virus corona. Survei itu melibatkan 1.000 peserta di Hong Kong, Malaysia, Singapura, India, Indonesia, dan Filipina.
Kuesioner disebar pada November tahun lalu. Sebanyak 64% memilih pendekatan hybrid cloud, yakni layanan yang mendistribusikan komputasi awan untuk umum (public) dan terbatas (private).
Ditambah lagi, dengan jumlah penduduk mencapai 270 juta, Indonesia adalah negara terpadat keempat di dunia dengan ekonomi terbesar di Asia Tenggara. Dengan jumlah populasi penduduk usia muda yang lebih banyak, Indonesia memiliki dividen demografis internet yang besar dengan pasar internet mobile yang berkembang dengan cepat.
“Dengan kondisi tersebut, kami sangat senang dapat meluncurkan IDC pertama kami di Indonesia untuk membantu secara maksimal tercapainya potensi optimal cloud computing di negara ini. IDC baru ini merupakan wujud komitmen kami untuk memenuhi kebutuhan bisnis saat ini dan masa depan, baik di Indonesia maupun di Asia. Selain itu, pembangunan IDC ini juga memperkuat jaringan global kami yang menghubungkan 27 wilayah dan 61 zona,” ungkap Poshu Yeung, dengan Senior Vice President, Tencent Cloud Internasional.
Sebelum Tencent, Alibaba telah terlebih dahulu merambah bisnis cloud dengan membangun pusat data di Indonesia. Anak usaha Alibaba sudah membangun dua pusat data di Indonesia. Saat ini pun, sedang mempersiapkan pusat data ketiga yang ditargetkan beroperasi tahun ini.
Beberapa perusahaan yang menggunakan layanan cloud Alibaba yakni startup fintech pembiayaan Indonesia, Investree, e-commerce asal Malaysia, PrestoMall, perusahaan gim Jepang Enish, platform hiburan dari Filipina, Kumu, dan banyak lagi.
Begitu juga dengan Google yang telah meluncurkan region Google Cloud Platform (GCP) di Jakarta, Juni 2020 lalu. Beberapa klien Google Cloud di Indonesia yakni Blue Bird, Link Net, Semen Indonesia, Tokopedia, BRI, XL Axiata, Gojek, Unilever, dan Ticket.com.
“Aktivitas bekerja dan operasional bisnis jarak jauh membuat perusahaan besar dan kecil ramai-ramai beralih ke cloud,” kata Country Director Google Cloud Indonesia Megawaty Khie dalam siaran pers, Februari lalu (8/2).
Microsoft Corporation pun tahun lalu berencana menanamkan modal sebesar US$ 1 miliar atau setara hampir Rp 13,6 triliun untuk membangun pusat data di Indonesia. Pusat data ini digunakan untuk menunjang program big data Microsoft yang ada di Tanah Air.
Lalu, anak usaha Amazon, yakni Amazon Web Service (AWS) berencana membangun tiga pusat data di Indonesia pada akhir tahun ini atau awal 2022. Perusahaan raksasa teknologi global membuka layanan pusat data seiring kebutuhan yang semakin besar di Indonesia.
Menurut Paul Chen, Head of Solutions Architect ASEAN AWS, Indonesia merupakan pasar potensial untuk bisnis pangkalan data lantaran terdapat banyak pemain startup dan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM).
“Startup dan UMKM di Indonesia makin banyak. Ini potensial bagi bisnis komputasi awan [cloud],” katanya dalam diskusi virtual seperti dikutip Bisnis.com, Selasa (2/2/2021).
Dia menyebutkan, hingga saat ini AWS telah menyelesaikan pembangunan pangkalan data di 24 wilayah, 5 zona di Amerika Serikat, dan 12 proximity zones, serta mengumumkan akan melakukan pembangunan di 6 wilayah baru. Salah satunya adalah Jakarta yang akan selesai dibangun pada 2021.
Sekadar catatan, Raksasa teknologi asal Amerika Serikat (AS) tersebut sempat menemui Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada akhir 2018 untuk menjelaskan rencana investasi US$1 miliar (sekitar Rp14 triliun) dalam mengembangkan layanan pangkalan data selama 10 tahun di Tanah Air.
Ya, bisnis data center di Indonesia ini bak madu dan racun. Madu, karena memang begitu manis potensi pasar nya sehingga banyak yang ‘suka’ dan investasi. Namun menjadi racun, jika pemerintah tidak memihak pada perusahaan lokal.
Padahal, perusahaan lokal pun tidak mau kalah di negeri sendiri. Banyak juga yang sudah membangun pusat data center dan tidak mau melepas potensi pasar bisnis data center ini pada asing.
Sayang, tidak semua perusahaan data center memiliki back up dana yang kuat. Salah satu yang cukup memiliki sumber dana yang kuat adalah Telkom Group. Perusahaan ini serius ingin menjadi pemain besar di sektor digital palform di Indonesia. Bahkan, tahun lalu sudah melakukan investasi pembangunan Hyperscale Data Center, seluas 65.000 meter persegi dengan total kapasitas mencapai 10.000 Rack di tahun 2020.
Sampai saat ini sudah tercatat puluhan perusahaan, baik domestik dan internasional dari berbagai sektor, yang menggunakan cloud dari Telkom. Di antaranya seperti Government, Financial Services, Banking, Utilities, Digital Services dan BUMN telah memakai layanan cloud services dari Telkom Group.
“Kedepannya, Telkom Group akan terus mengembangkan kapasitas dan kapabilitas cloud services agar terus dapat memenuhi demand dari pasar,” ujar Pujo Pramono, Vice President Corporate Telkom, seperti dikutip dari Kontan.
Pujo menambahkan bahwa tahun ini, Telkom menyiapkan capex sebesar 25% dari target pendapatan tahun ini yakni sekitar Rp143,94 triliun atau sekitar Rp 35,9 triliun. Sebagian besar pendanaan capex tahun ini akan berasal dari dana internal dan sisanya berasal dari pendanaan eksternal khususnya perbankan.
Pujo memaparkan, sebesar 30% hingga 40% dari capex akan dialokasikan untuk pengembangan jaringan 4G dan sistem IT. Selain itu, tahun 2021 ini Telkom juga akan membangun jaringan akses, jaringan backbone, pembangunan data center, dan pengembangan bisnis menara.
Sampai sini saja, sudah terlihat bahwa persaingan di bisnis cloud data center ini sangat sengit. Ketua Umum Asosiasi Cloud Computing Indonesia (ACCI) Alex Budiyanto mengatakan GCP ketatnya persaingan antarpelaku usaha komputasi awan terjadi antara pelaku usaha lokal dan asing.
Namun demikian dia menyayangkan sikap pemerintah yang masih cenderung mengutamakan perusahaan asing. Hal itu menurutnya akan mempengaruhi persaingan antara pelaku usaha lokal dan asing.
“Tinggal bagaimana sekarang pemerintah berpihak, apakah akan berpihak kepada provider asing dengan memberikan tax holiday yang dinikmati oleh para pemain asing, di mana para pemain lokal sama sekali tidak mendapatkan insentif semacam ini. Apabila pemerintah terlalu pro-investasi dan pro-asing maka akan sangat sulit untuk local provider bisa bersaing,” ujar nya, seperti dikutip dari Bisnis.
Lalu, akan kah bisnis data center ini menjadi racun bagi perusahaan lokal di Indonesia? (Icha)