Telko.id, Jakarta – Saat ini pabrikan mobil di Jerman seperti BMW dan VW memproduksi mobil listrik untuk melengkapi varian mobil bermesin konvensionalnya. Tetapi ternyata mereka tidak membuat sel baterai atau Aki sendiri, melainkan dipasok oleh pabrik asal China karena kekurangan kapasitas produksi dan memerlukan investasi lebih besar jika harus membangun pabrik lagi.
Untuk BMW, mereka menunjuk Contemporary Amperex Technology Ltd (CATL) untuk memasok Aki untuk mobil listrik besutannya. Perusahaan asal China ini bahkan berniat membuat pabrik Aki di Jerman bagian Timur, seperti dilansir channelnewsasia.com, Senin (9/7/2018).
Bahkan, Perdana Menteri China Li Keqiang menghadiri dan ikut ambil bagian dalam upacara penandatanganan pembangunan pabrik CATL di negara bagian Thuringia itu yang diselenggarakan di Berlin hari ini.
Ini karena CATL telah mendapat kontrak dari BMW senilai lebih dari 1 miliar euro (US $ 1,2 miliar) atau mencapai Rp 17 triliun untuk membuat sel Aki untuk mobil listrik.
Sedangkan Volkswagen memilih CATL dan dua perusahaan Korea Selatan, yakni Samsung dan LG Chem untuk memasok Aki untuk kendaraan listrik besutannya senilai US $ 25 miliar atau sekitar Rp 357 triliun.
Baca juga: Keren! Mobil Listrik BMW Bisa Isi Daya Tanpa Kabel
Rupanya tak hanya China yang membangun pabrik di Jerman, Perusahaan mobil listrik asal Amerika Tesla juga membangun pabrik yang dinamakan Gigafactory dekat perbatasan Perancis-Jerman di sekitar divisi Grohman Engineering. Divisi tersebut telah membangun lini produksi untuk pabrik mereka di Nevada.
“Jika ingin memiliki industri sel baterai Jerman, maka ini adalah tembakan peringatan,” kata pakar industri otomotif konsultan strategi PwC Joern Neuhausen.
Para produsen mobil Jerman telah berupaya beralih mengembangkan otomotif ke bentuk yang lebih hijau menyusul skandal Dieselgate 2015 yang mengekspos sisi gelap ketergantungan panjang dan menguntungkan mereka pada mesin pembakaran internal.
Baca juga: Pemerintah & Toyota Ajak Universitas Riset Mobil Listrik
Tahun lalu Volkswagen mengundang industri Jerman dan Eropa, yang mempekerjakan 12,6 juta pekerja, untuk bekerja sama dalam produksi baterai. Para ahli industri memproyeksi revolusi otomotif itu bisa mendorong pasar baterai Eropa menjadi 250 miliar euro atau mencapai Rp 4.212 triliun pada 2025. [WS/HBS]
Sumber: Channelnewsasia
Sumber : Telset