Telko.id – Xiaomi secara resmi mengubah pendekatannya dalam pengembangan teknologi kamera smartphone.
Perusahaan asal Tiongkok ini beralih dari fokus pada jumlah megapiksel ke pengembangan teknologi sensor, prosesor gambar, dan kecerdasan buatan. Perubahan strategi ini terbukti melalui delapan inovasi kamera yang diluncurkan dalam dekade terakhir.
Transformasi tersebut dimulai dengan Mi Note 10 yang membawa kamera 108MP pertama di dunia.
Perangkat ini menjadi langkah signifikan Xiaomi di arena fotografi internasional dengan solusi penta-kamera yang dikembangkan bersama Samsung. Sensor HMX berukuran 1/1,33 inci ini menghasilkan definisi 12 kali lebih tinggi dari 4K.
Namun, teknologi revolusioner ini justru membuat Xiaomi menyadari keterbatasan dalam pemrosesan gambar.
“Kami memahami bahwa jumlah megapiksel tinggi saja tidak cukup tanpa dukungan prosesor gambar yang mumpuni,” jelas juru bicara Xiaomi dalam pernyataan resminya.
Baca Juga:
Kesadaran ini mendorong Xiaomi mengembangkan prosesor gambar proprietary pertama mereka, Surge C1 ISP. Prosesor ini diluncurkan bersama Mi Mix Fold dengan fokus meningkatkan tiga fungsi utama dalam pemrosesan gambar: Auto Focus (AF), Auto Exposure (AE), dan Auto White Balance (AWB).
Surge C1 menggunakan dual filter dengan efisiensi sinyal ganda, memungkinkan Xiaomi mengontrol pipeline pencitraan secara penuh.
Teknologi ini menjadi dasar bagi pengembangan model Leica Authentic dan Vibrant yang kemudian menjadi standar di seri flagship Xiaomi.
Inovasi Teknologi Zoom dan Sensor
Mi 10 Ultra menjadi tonggak penting dengan memperkenalkan teknologi periskop zoom 48MP. Sensor periskop 1/2,0 inci ini memiliki jangkauan telefoto 120mm dan zoom digital 120x. DXOMark menjuluki perangkat ini sebagai “Zoom King” berkat kualitas setiap kamera yang tidak ada kompromi.
Inovasi berlanjut dengan peluncuran lensa cair pertama di dunia pada Mi Mix Fold. Lensa bionik ini meniru fungsi dan struktur mata manusia, mampu menyesuaikan kelengkungannya untuk memungkinkan fotografi telefoto dan makro dalam hitungan milidetik.
Teknologi lensa cair ini menjadi solusi efektif untuk mengatasi keterbatasan ruang pada smartphone lipat.
“Lensa cair merepresentasikan terobosan dalam teknologi optik yang mengubah paradigma desain kamera smartphone,” tambah pernyataan resmi Xiaomi.
Kolaborasi Strategis dan Masa Depan
Xiaomi 12S Ultra menandai era baru dengan menggunakan sensor Sony IMX989 berukuran 1 inci tanpa pemotongan. Kolaborasi senilai $15 juta dengan Sony ini mengubah posisi Xiaomi dari sekadar perakit komponen menjadi mitra dalam desain hardware pencitraan.
Kolaborasi dengan Leica pada 2022 semakin memperkuat identitas merek Xiaomi di bidang kamera. Mulai Xiaomi 12S Ultra, pengguna dapat menikmati fitur Leica Authentic dan Vibrant, fokus sempurna lensa Summicron, serta keahlian visual storytelling eksklusif Leica.
Xiaomi 13 Ultra dan 14 Ultra menghadirkan fitur aperture variabel (f/1,63-4,0) yang memungkinkan penyesuaian manual efek depth-of-field.
Kedua perangkat ini juga dilengkapi Xiaomi ProFocus dengan teknologi AI canggih untuk pelacakan gerak dan mata yang akurat.
Pencapaian ini menempatkan Xiaomi pada posisi terdepan dalam rekayasa optik AI. Perkembangan kamera Xiaomi menunjukkan pergeseran dari perang spesifikasi menuju kesempurnaan rasa dalam setiap hasil foto.
Integrasi vertikal yang terus meningkat dalam setiap versi terbaru memungkinkan Xiaomi mendefinisikan ulang batasan dalam teknologi kamera.
Di era teknologi kamera dengan AI saat ini, komputasi optik dan peningkatan neural menjadi area fokus pengembangan selanjutnya.
Transformasi strategi kamera Xiaomi ini tidak hanya mengubah posisi perusahaan dalam industri smartphone, tetapi juga mempengaruhi budaya fotografi secara keseluruhan.
Dari perusahaan yang berinovasi dalam hardware, Xiaomi kini berkembang menjadi merek yang mempengaruhi budaya kamera global.
Perjalanan Xiaomi dari kamera 108MP hingga kolaborasi dengan Leica dan pengembangan prosesor Surge menunjukkan komitmen perusahaan terhadap inovasi berkelanjutan.
Setiap tahap perkembangan membawa pendekatan baru yang mengedepankan kualitas hasil akhir daripada sekadar angka spesifikasi. (Icha)


