Telko.id – Samsung Electronics dikabarkan akan memproduksi sekitar 50.000 unit ponsel lipat tiga kali (trifold) dalam tahap awal peluncurannya, seperti dilansir dari etnews.com (02/09).
Langkah ini dianggap sebagai uji pasar untuk produk dengan form factor baru yang belum pernah dijual sebelumnya. Rencananya, produk ini akan diumumkan paling cepat bulan depan dan diluncurkan pada November mendatang.
Jumlah produksi 50.000 unit dinilai relatif kecil dibandingkan dengan model ponsel lipat Samsung sebelumnya. Sebagai perbandingan, saat meluncurkan Galaxy Fold pertama pada 2019, Samsung memproduksi 500.000 unit.
Keputusan memproduksi dalam jumlah terbatas ini menunjukkan kehati-hatian Samsung dalam menghadapi pasar yang masih belum familiar dengan perangkat lipat tiga kali.
Seorang sumber industri mengatakan, “Galaxy Z Fold 7 menunjukkan performa penjualan yang lebih baik dari perkiraan. Samsung tampaknya tidak ingin mengalihkan perhatian konsumen dengan meluncurkan produk baru dalam skala besar.”
Hal ini juga dilakukan untuk menghindari kanibalisme penjualan antara produk baru dan lini Galaxy Z Fold7 yang sudah mapan.
Ponsel lipat tiga kali ini akan menggunakan layar OLED “Flex G” yang dikembangkan oleh Samsung Display. Layar internal berukuran 9,96 inci, sementara layar eksternal berukuran 6,49 inci. Desainnya mirip dengan purwarupa “Flex G” yang telah dipamerkan di berbagai acara sebelumnya.
Baca Juga:
Pasar ponsel lipat terus berkembang dengan inovasi dari berbagai merek. Selain Samsung, perusahaan seperti Tecno dengan Phantom Ultimate 2 juga telah memperkenalkan konsep serupa.
Persaingan di segmen ini semakin ketat, terutama di pasar Asia seperti China, di mana Huawei dan Apple mendominasi penjualan smartphone.
Meski demikian, Samsung tetap fokus pada strategi bertahap. Produksi terbatas memungkinkan perusahaan menguji respons konsumen tanpa mengambil risiko besar.
Selain itu, teknologi baru yang digunakan pada ponsel lipat tiga kali ini diperkirakan akan meningkatkan biaya produksi, sehingga harga jualnya mungkin lebih tinggi daripada model lipat konvensional.
Keberhasilan Galaxy Z Fold7 menjadi pertimbangan penting dalam keputusan ini. Dengan penjualan yang stabil, Samsung tidak ingin mengganggu momentum positif dengan meluncurkan produk yang berpotensi mengalihkan perhatian.
Pendekatan ini juga memungkinkan Samsung mengumpulkan umpan balik dari early adopter sebelum melakukan produksi massal.
Peluncuran ponsel lipat tiga kali ini menandai babak baru dalam evolusi smartphone lipat. Sejak 2019, Samsung hanya memproduksi ponsel dengan satu lipatan.
Kini, dengan teknologi Flex G, Samsung membuka peluang untuk perangkat yang lebih fleksibel dan multifungsi.
Meski demikian, tantangan utama tetap pada adopsi konsumen. Penggunaan perangkat dengan tiga lipatan membutuhkan penyesuaian, dan belum jelas apakah fitur ini akan diterima secara luas.
Samsung berharap, dengan produksi terbatas, mereka dapat menguji pasar tanpa harus berinvestasi besar sejak awal.
Selain Samsung, merek lain seperti OPPO dengan seri A5i juga terus berinovasi, meski dengan pendekatan berbeda. Pasar smartphone Indonesia dan global terus berkembang dengan berbagai pilihan, dari perangkat lipat hingga smartphone dengan daya tahan baterai unggulan.
Dengan rencana produksi 50.000 unit, Samsung memasuki fase uji coba yang berisiko namun berpotensi membuka pasar baru. Keberhasilan produk ini dapat menentukan arah perkembangan ponsel lipat di masa depan, tidak hanya untuk Samsung tetapi juga untuk seluruh industri.