Telko.id – Samsung Galaxy S25 baru saja membuktikan bahwa inovasi teknologi dan keberlanjutan bisa berjalan beriringan.
Pada 8 Mei 2025, perangkat ini meraih penghargaan Design for Recycling dari Recycled Materials Association (ReMA), sebuah pengakuan tertinggi untuk desain produk berkelanjutan.
Penghargaan ini bukan sekadar piala. Ia mencerminkan pergeseran paradigma industri teknologi menuju ekonomi sirkular—konsep di mana produk didesain untuk bisa didaur ulang sepenuhnya, mengurangi ketergantungan pada sumber daya baru.
Galaxy S25 menjadi pionir dengan menggunakan kobalt daur ulang dalam baterainya, material yang biasanya diperoleh melalui pertambangan konvensional yang merusak lingkungan.
Lantas, apa yang membuat Galaxy S25 layak menyandang gelar ini? Mari kita telusuri lebih dalam.
Inovasi Material Daur Ulang yang Revolusioner
Galaxy S25 menjadi perangkat pertama Samsung yang mengadopsi sistem Circular Battery Supply Chain. Sistem ini memulihkan kobalt dari limbah manufaktur untuk digunakan kembali dalam baterai baru.
Kobalt, material kritis dalam baterai lithium-ion, biasanya memicu isu lingkungan dan etis akibat pertambangan konvensional.
Dengan pendekatan ini, Samsung mengurangi dampak ekologis sekaligus memangkas ketergantungan pada sumber daya baru.
Tidak hanya baterai, delapan jenis material daur ulang lainnya juga diintegrasikan ke dalam desain Galaxy S25, termasuk:
- Aluminium daur ulang untuk rangka armor yang tahan lama
- Neodymium (unsur tanah jarang) untuk komponen audio
- Baja daur ulang untuk struktur internal
Bahkan, untuk pertama kalinya, material daur ulang digunakan pada seluruh komponen eksternal perangkat. Ini adalah lompatan besar dibanding generasi sebelumnya, yang masih menggunakan material baru untuk beberapa bagian.
Baca Juga:
Kemasan Tanpa Plastik dan Program Perbaikan Mandiri
Samsung tidak berhenti pada perangkatnya saja. Kotak kemasan Galaxy S25 terbuat dari 100% kertas daur ulang dan sama sekali tidak menggunakan plastik sekali pakai.
Langkah ini selaras dengan tren global pengurangan sampah plastik, yang menjadi salah satu penyumbang utama polusi laut.
Selain itu, Samsung memperkenalkan program Self-Repair, yang memungkinkan pengguna memperbaiki perangkat mereka sendiri dengan panduan resmi.
Program ini tidak hanya memperpanjang masa pakai produk tetapi juga mengurangi limbah elektronik—masalah serius di era konsumsi cepat ini.
Visi Jangka Panjang Samsung untuk Keberlanjutan
Daniel Araujo, VP of Sustainability Management Office di Samsung, menegaskan bahwa penghargaan ini adalah bagian dari komitmen jangka panjang perusahaan.
“Kami bertekad untuk mengintegrasikan setidaknya satu material daur ulang di setiap modul produk mobile kami pada 2030,” ujarnya.
Samsung juga menargetkan transisi ke 100% energi terbarukan untuk semua operasional global pada 2027.
Target ini mencerminkan keseriusan perusahaan dalam mengurangi jejak karbon, tidak hanya di level produk tetapi juga di seluruh rantai pasokannya.
Robin Wiener, Presiden ReMA, memuji langkah Samsung sebagai “kepemimpinan sejati” dalam desain berkelanjutan.
Menurutnya, integrasi material daur ulang dalam produk sehari-hari seperti smartphone adalah bukti bahwa inovasi dan tanggung jawab lingkungan bisa berpadu tanpa mengorbankan kualitas.
Penghargaan ini akan diserahkan secara resmi pada 14 Mei di ReMA Convention di San Diego, California.
Namun, yang lebih penting dari piala adalah pesannya: masa depan teknologi haruslah berkelanjutan, dan Galaxy S25 telah menancapkan tonggak penting ke arah sana.
Dengan fitur AI canggih yang mengubah cara berinteraksi dan desain premium yang ramah lingkungan, Galaxy S25 bukan sekadar smartphone—ia adalah pernyataan sikap. Apakah Anda siap menjadi bagian dari gerakan teknologi berkelanjutan ini? (Icha)