Telko.id – Pernahkah Anda frustasi saat merekam momen berharga, tapi suara bising di sekitar justru mengganggu hasilnya?
Bayangkan Anda sedang merekam penampilan musisi jalanan favorit, namun suara klakson mobil lebih dominan daripada melodi indah yang ingin Anda abadikan.
Atau ketika membuat vlog di kafe, obrolan seru Anda nyaris tak terdengar karena riuh rendah pengunjung lain. Inilah masalah klasik yang kini terjawab dengan kehadiran Audio Eraser di Galaxy S25 Series.
Samsung Research mengungkapkan bahwa 51% pengguna Indonesia menyatakan Audio Eraser sebagai fitur kedua paling menarik dalam seri terbaru mereka.
Angka ini bukanlah kebetulan—melainkan hasil riset mendalam terhadap kebutuhan pengguna modern yang menginginkan kontrol penuh atas konten multimedia mereka.
Fitur ini dikembangkan oleh tim AI Solution Samsung Research bersama Mobile eXperience (MX) Business, menggabungkan kecanggihan artificial intelligence dengan pemahaman akan pengalaman pengguna sehari-hari.
Lantas, bagaimana teknologi ini bekerja, dan apa yang membuatnya begitu istimewa? Mari kita selami lebih dalam inovasi yang disebut-sebut sebagai “revolusi audio seluler” ini.
Deteksi Sumber Suara: Kecerdasan AI di Balik Audio Jernih
Audio Eraser bukan sekadar tool penghilang noise biasa. Fitur ini membawa pendekatan revolusioner dengan kemampuan membedakan enam jenis suara sekaligus: suara manusia, musik, angin, suara alam, keramaian, dan suara latar belakang.
Teknologi deteksi sumber suara canggih mampu mengidentifikasi setiap elemen audio dalam video, lalu memisahkannya secara presisi melalui proses yang disebut source separation.
“Angin menjadi tantangan tersendiri bagi kami,” ungkap Hejung Yang dari AI Solution Team Samsung Research.
Tim mereka tak hanya mengandalkan simulasi digital, tetapi juga turun langsung ke lapangan untuk merekam suara angin asli—bahkan di luar jam kerja—guna menyempurnakan dataset pelatihan AI.
Dedikasi ini menghasilkan algoritma yang bisa membedakan antara desir angin yang mengganggu dengan nuance audio alami yang justru ingin dipertahankan.
Baca Juga:
Proses Pengembangan: Dari Riset ke Realita
Menciptakan Audio Eraser membutuhkan lebih dari sekadar teori. Tim peneliti menghabiskan waktu berjam-jam menganalisis ribuan klip video, dengan setiap pengembang memeriksa lebih dari 1.000 sampel audio mingguan.
“Melalui eksperimen tanpa henti, kami terus mencari model terbaik,” tambah Jiwon Kim.
Pendekatan iteratif ini memastikan kualitas pemisahan suara tetap optimal dalam berbagai kondisi.
Yang membedakan Audio Eraser dengan solusi serupa adalah kemampuannya berjalan sepenuhnya di perangkat (on-device processing).
Ini berarti Anda bisa mengedit audio secara real-time tanpa perlu mengunggah konten ke cloud—sekaligus menjamin privasi data yang lebih baik.
Hosang Sung menjelaskan, “Kami mencurahkan banyak upaya agar solusi AI ini tetap optimal, lancar digunakan, dan hemat daya.”
Kolaborasi Lintas Tim: Kunci Keberhasilan Inovasi
Mengubah teknologi canggih menjadi fitur yang benar-benar bermanfaat membutuhkan sinergi antar divisi. Samsung Research bekerja erat dengan MX Business untuk mengatasi tantangan teknis seperti pengeditan video berdurasi panjang tanpa lag.
Kolaborasi serupa juga sukses mereka terapkan dalam pengembangan Galaxy Buds3 series dengan teknologi Adaptive ANC-nya.

Kyoungbo Min menekankan pentingnya fleksibilitas dalam pengembangan algoritma: “Kami menciptakan solusi yang siap diterapkan di berbagai perangkat.”
Pendekatan ini memungkinkan teknologi Audio Eraser tidak hanya terbatas pada Galaxy S25, tetapi berpotensi diintegrasikan ke lebih banyak produk Samsung di masa depan.
Dengan fondasi teknologi pemisahan sumber suara yang kuat, Samsung membuka babak baru dalam pengalaman audio mobile.
Audio Eraser bukanlah akhir, melainkan permulaan dari berbagai inovasi AI yang akan membuat interaksi kita dengan perangkat semakin intuitif dan memuaskan. (Icha)