Telko.id – Kelangkaan chipset masih terus terjadi. Alhasil, sejumlah industri mulai dari mobil listrik, smartphone, tablet, dan laptop ikut terkena imbasnya.
Baru-baru ini, Apple juga menyebutkan bahwa produksi perangkatnya terpengaruh dan membuatnya harus menunda sejumlah produksi sejumlah laptop MacBook dan iPad miliknya, seperti laporan Nikkei Asia yang mengutip sumber terdekat industri.
Padahal, Chip merupakan salah satu komponen penting di berbagai perangkat elektronik, termasuk laptop dan tablet. Jika produksi chip terganggu, rantai pasokan komponen perangkat elektronik ke produsen juga bakal terhambat, seperti yang tengah dialami Apple ini.
Apa penyebab krisis atau Kelangkaan Chipset secara global ini? Huawei menyebutkan bahwa salah satu penyebab krisis chip global yang saat ini sedang melanda adalah karena sanksi yang diterapkan Amerika Serikat kepada perusahaan asal China tersebut.
Hal ini disampaikan oleh Rotating Chairman Huawei Eric Xu. Ia mengatakan sanksi yang dijatuhkan pada perusahaan selama dua tahun terakhir menyebabkan kerugian industri semikonduktor global.
Lebih lanjut, kata Xu, sanksi dari AS telah mengganggu hubungan yang sudah terjalin dengan baik dalam industri semikonduktor.
Seperti yang diketahui permintaan chip sendiri telah melonjak selama pandemi Covid-19 ketika orang-orang membeli konsol game, laptop, dan TV untuk membantu melewati masa lockdown.
“Sanksi AS adalah alasan utama mengapa kami melihat kepanikan menimbun perusahaan-perusahaan besar di seluruh dunia,” ujar Xu, dikutip dari CNBC International, Rabu (14/4/2021).
“Beberapa dari mereka tidak pernah menimbun apa pun, tetapi karena sanksi mereka sekarang memiliki stok tiga bulan atau enam bulan,” sambungnya.
Huawei sendiri telah menimbun chip sejak dijatuhi sanksi oleh pemerintah AS untuk menjamin agar bisnisnya tetap bisa beroperasi seperti biasa. Beberapa perusahaan di industri lain, seperti sektor otomotif, terpaksa menutup sementara operasinya karena kekurangan chip.
Kabar nya, eksekutif otomotif AS dan pemimpin teknologi dijadwalkan untuk bertemu dari jarak jauh dengan Presiden Joe Biden.
AS diketahui telah menjatuhkan sanksi kepada Huawei setelah menuduh perusahaan membangun backdoors ke dalam peralatannya yang dapat dieksploitasi oleh Partai Komunis China untuk tujuan spionase.
Pada 2019, Huawei dimasukkan dalam daftar hitam AS yang disebut Daftar Entitas. Akibat daftar hitam itu, pemerintah membatasi perusahaan Amerika untuk mengekspor teknologi tertentu ke Huawei.
Seperti Google yang akhirnya memutuskan hubungan dengan Huawei. Pemutusan hubungan kerja tersebut membuat Huawei tidak dapat menggunakan sistem operasi Android Google di ponsel cerdasnya.
Kondisi ini diprediksikan oleh Chairman Foxconn, Young Liu bakal sampai 2022 mendatang. Hal ini disampaikannya ketika Ia mengumumkan laporan keuangannya beberapa waktu lalu.
Chairman Foxconn, Young Liu
Prediksi itu sejalan dengan prediksi yang dilontarkan oleh GlobalFoundries, pembuat chip terbesar ketiga di dunia sebagaimana dihimpun Bloomberg.
Chairman Foxconn Young Liu merasakan dampak kelangkaan chipset di pasar saat ini dan Foxconn bakal mengurangi jumlah pengiriman (shipment) sebanyak 10 persen dari yang telah direncanakan.
“Pasokan komponen di dua bulan pertama pada kuartal pertama tahun ini sebenarnya normal, mengingat klien kami merupakan perusahaan-perusahaan besar,” tutur Liu beberapa waktu lalu.
Sebelumnya, laporan dari situs MarketWatch memprediksi kondisi kelangkaan chipset ini akan berlangsung hingga akhir 2021. Masalah ini cukup serius, sebab chip alias prosesor semikonduktor merupakan komponen penting yang digunakan berbagai perangkat, seperti smartphone, PC, konsol game, hingga kendaraan modern.
Jika produksi chip tersendat, rantai pasokan komponen ke produsen elektronik akan ikut terhambat. Konon, masalah kelangkaan ini bersumber dari tingginya permintaan di saat produksi justru menurun akibat pandemi.
Lalu, ada pula berbagai laporan yang menyebut bahwa sejumlah pabrik chip menghentikan operasionalnya karena cuaca buruk. Selama pandemi sendiri, permintaan perangkat seperti smartphone dan PC meningkat karena aktivitas bekerja dan belajar di rumah.
Di saat bersamaan, produksi chip justru dikurangi sehingga mengakibatkan ketimpangan antara jumlah pasokan dan permintaan di pasar. (Icha)