Telko.id – Pertumbuhan financial technology di Indonesia mulai terasa di 2016. Diproyeksikan tahun mendatang pun akan terjadi tren positif transaksi non-tunai yang konsisten.
Fintech akan berperan penting untuk menjembatani berbagai lembaga penyedia jasa keuangan baik melalui penyediaan segi teknologi yang inovatif, mudah dan aman sehingga kebiasaan masyarakat dapat terbentuk. Ini pun sejalan dengan visi pemerintah untuk mewujudkan masyarakat non-tunai melalui program Gerakan Nasional Non-Tunai (GNNT) sejak tahun 2014.
Hal ini tentunya berdampak positif langsung dengan memberikan keamanan transaksi untuk para pelanggan, juga mengoptimalkan jalannya roda bisnis sehingga kinerja menjadi lebih efektif dan efisien, yang pada akhirnya dapat memberikan kontribusi pada perekonomian nasional.
Dimo Pay Indonesia (Dimo), sebagai perusahaan yang bergerak di bidang teknologi finansial, berpendapat bahwa peranan industri teknologi finansial (financial technology/fintech) akan semakin besar dalam meningkatkan literasi keuangan masyarakat Indonesia, khususnya dalam pengalakkan transaksi uang elektronik berbasis mobile. Dimo mengemukakan perspektifnya dengan berkaca pada perkembangan industri financial technology (fintech) di Indonesia sepanjang tahun 2016 ini.
Sebagai informasi, jelang akhir tahun 2016, berdasarkan data dari Bank Indonesia (BI), tercatat nilai volume transaksi uang elektronik di Indonesia mencapai 537.588.334 transaksi. Angka ini menunjukkan peningkatan dari tahun sebelumnya yakni sebesar 535.579.528 transaksi.
Selain itu, BI juga mencatat jumlah nilai transaksi uang elektronik di Indonesia yang meningkat dari Rp 5,28 triliun di 2015 (Januari-Desember) menjadi Rp 5,49 triliun di 2016 (Januari-Oktober 2016).
Lanskap digital Indonesia dengan 72,7 juta pengguna aktif internet, 74 juta pengguna sosial media aktif dan terdapat 308,2 juta koneksi mobile, serta 64 juta pengguna aktif sosial media di ponsel, juga dinilai kondusif dalam mendorong pertumbuhan transaksi uang elektronik khususnya melalui jalur mobile.
Peningkatan ini terjadi seiring juga dengan pertumbuhan tuntutan pasar yang menuntun pada maraknya jumlah pelaku bisnis fintech, yang saat ini tercatat ada lebih dari 120 perusahaan yang terdaftar di OJK.
Saat memaparkan perspektif terhadap industri fintech di 2016 serta kinerja perusahaan yang dipimpinnya, Brata Rafly, CEO Dimo Pay Indonesia berpendapat bahwa, “Di tahun 2017 dan yang akan datang, peran fintech akan semakin luas di berbagai lini ekonomi dan akan terus diperlukan oleh karena kapabilitasnya dalam melakukan berbagai inovasi yang cepat dan tanggap terhadap kebutuhan pasar”.
Brata juga menambahkan bahwa “Kedepannya, fintech akan menjadi salah satu tulang punggung utama dalam mendorong pertumbuhan ekonomi dan finansial di Indonesia. Fintech, khususnya di bidang mobile payment, memudahkan masyarakat Indonesia dalam bertransaksi dengan adanya solusi yang aman dan mudah untuk digunakan oleh siapapun, sehingga makin banyak masyarakat yang memanfaatkan solusi ini khususnya untuk bertransaksi kebutuhan sehari-hari.”
Indonesia sendiri masih sangat besar potensinya, mengingat masih banyaknya populasi unbanked di Indonesia yang tercatat ada lebih dari 115 juta orang yang sebagian besar berada di daerah rural atau pedesaan.
Namun demikian, proses edukasi harus terus dilakukan mengenai teknologi fintech dan pentingnya menyimpan uang dan bertransaksi dengan aman dan sederhana menggunakan mobile banking dan e-wallet. Dengan demikian, Fintech dapat dikembangkan untuk memicu masyarakat dalam berbisnis dan menjalankan usahanya dengan efisien dan aman, seperti misalnya bagi pedagang kaki lima, peternak, petani, dan lainnya.
Untuk menciptakan ekosistem cashless society di Indonesia, dibutuhkan kerjasama dari berbagai elemen, mulai dari dukungan pemerintah selaku pencetus regulasi, serta dukungan dari pihak sektor swasta baik issuer, perbankan, e-commerce, payment gateway, dan sebagainya.
“Kami ingin menggandeng para pelaku fintech untuk bersama-sama dapat mewujudkan cashless society guna mewujudkan perekonomian Indonesia yang lebih baik. Posisi serta kapasitas Dimo sebagai penyedia solusi pembayaran mobile yang agnostik dan mudah beradaptasi dapat mempermudah adopsi teknologi oleh para pelaku industri, serta oleh masyrakat sebagai pengguna,” tambah Brata.
Wujud nyata yang dijalankan oleh Dimo untuk menciptakan cashless society adalah melalui layanan transaksi non-tunai, didukung oleh solusi kode QR pada PayByQR yang mencakup kebutuhan berbagai lapisan masyarakat, mulai dari masyarakat perkotaan dengan layanan Pay by QR, Pay in App & QR Commerce, QR Store, dan QR Cashier yang dapat diaplikasikan pada Usaha Kelas Menengah (UKM).
Dimo sendiri pada tahun ini menunjukkan peningkatan dari berbagai aspek, baik dari bisnis, teknologi, maupun organisasi perusahaan.
Volume transaksi Dimo di akhir tahun 2016 meningkat sebesar 7.150% dari awal tahun 2016 yang mana transaksi ini didapat dari penggunaan aplikasi PayByQR pada issuer-issuer Dimo dari sisi, e-wallet, mobile banking hingga credit card loyalty points. Selain itu, Dimo juga terus mengembangkan teknologi yang ada untuk memenuhi kepuasan pelanggan dan rekanan kami.
Saat ini sudah Dimo telah menggandeng 15 mobile wallet issuers/source of funds yang memanfaatkan teknologi PayByQR untuk pelanggan mereka dapat bertransaksi di ribuan merchant yang sudah menerima pembayaran PayByQR. (Icha)